Saat
ini ketertarikan pemuda akan pertanian semakin menurun. Hal ini sangat riskan
menimbulkan masalah tentang pangan di masa depan. Pertanian dalam arti luas
menyumbangkan seluruh pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia.
Menurunnya ketertarikan pemuda akan pertanian disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya adalah penyebaran teknologi informasi dan komunikasi, modernisasi,
pendidikan, dan demoralisasi pemuda.
Pemuda merupakan generasi penerus
bangsa. Pemuda mempunyai kekuatan tersendiri untuk membuat sebuah perubahan.
Seperti yang disampaikan oleh presiden pertama Republik Indonesia, Ir.
Soekarno, ‘berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncang dunia.’ Hal
ini membuktikan bahwa pemuda mempunyai peran yang sangat besar untuk meneruskan
kekuasaan yang sudah ada saat ini.
Berbicara tentang pemuda, pemuda
saat ini mengalami penurunan moralitas. Pemuda yang ada saat ini tidak dapat
mengoptimalkan peran pemuda dalam pembangunan bersama masyarakat. Pembangunan
yang dimaksud adalah pembangunan di berbagai bidang seperti infrastuktur,
moral, budaya, dan sebagainya. Terlebih lagi ketika kita melihat definisi desa
yang sarat dengan pertanian, maka pemuda desa mempunyai potensi untuk
mengembangkan dan membangun pertanian di desanya. Pertanian berkaitan erat
dengan ketahanan dan kedaulatan pangan Negara. Negara akan lumpuh jika
pertanian tidak dapat dijalankan dengan baik. Sayangnya, banyak masyarakat
menganggap sector pertanian adalah sector kecil yang bernilai rendah. Hal ini
berdampak pula kepada persepsi pemuda tentang pertanian dan kemauan mereka
terjun ke bidang pertanian di daerahnya.
Hal ini juga
berdampak pada menurunnya minat calon mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penurunan
tersebut seiring dengan menurunnya minat siswa SMA untuk melanjutkan studi di
Perguruan Tinggi secara keseluruhan di Indonesia. Hal yang cukup
memprihatinkan adalah penurunan peminat untuk bidang-bidang studi yang
berkaitan dengan pertanian menurun dengan cukup signifikan, bahkan saat ini
semakin banyak program studi yang ditawarkan di Perguruan Tinggi Negeri selain
IPB yang memiliki jumlah pelamar jauh dibawah daya tampungnya. Kondisi tersebut
bisa
terjadi akibat generasi muda sekarang tidak lagi tertarik pada bidang
pertanian, dan lebih memilih bidang pendidikan dan lapangan pekerjaan pada
bidang lain. Cara pandang generasi muda kita akan arti penting pertanian
kemungkinan merupakan implikasi dari berbagai kekeliruan pandangan secara
nasional akibat masih kurangnya gaung kebijakan pertanian pemerintah, minimnya
ekspose dari media mengenai kemajuan bidang pertanian dan prospek bidang
pertanian, serta kepercayaan diri dari masyarakat sendiri.
Penurunan minat pemuda
terhadap pertanian juga terjadi di kampus IPB yang notabene seluruh
mahasiswanya mempelajari ilmu-ilmu pertanian. Mengapa bisa begitu? Hal ini bisa
disebabkan oleh meningkatnya apatisme
mahasiswa terhadap isu-isu pertanian. Di samping itu, sikap acuh tak acuh
mahasiswa terhadap isu yang berkembang,
baik itu isu di dalam kampus maupun lingkungan luar yang lebih luas, merupakan
sebuah krisis yang jika tidak dibasmi bakal menjadi budaya yang akan semakin
menguat dari tahun ke tahun. Ini merupakan suatu permasalahan yang harus dicari
pemecahannya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi apatisme
mahasiswa, salah satunya dengan mengikuti organisasi. Misalkan mahasiswa yang
tergabung dalam organisasi yang bergerak di bidang menulis, misalnya, bisa
memeroleh banyak pengetahuan tentang cara menulis, baik itu misalnya opini
bertema politik, puisi, cerpen atau novel. Kemampuan menulis yang dimiliki,
akan memberi banyak manfaat bagi mahasiswa, baik saat masih di bangku kuliah
maupun setelah lulus. Dengan keterampilan menulis, seorang mahasiswa bisa
mengikuti lomba menulis. Kalau berhasil menjadi juara, tentu itu prestasi yang
membanggakan. Atau dalam hal lain, tulisan-tulisan tersebut bisa diterbitkan di
berbagai media massa. Punya kemampuan menulis juga dapat mempermudah mahasiswa
dalam menulis jurnal dan skripsi.
Kendati demikian,
tidak semua mahasiswa aktif dalam berorganisasi. Lalu bagaimana dengan
mahasiswa yang hanya “ku-pu-ku-pu (kuliah-pulang-kuliah-pulang)”? mahasiswa
yang tidak memiliki inisiatif untuk mengikuti kegiatan dan aktif dalam
pencarian isu-isu terkini? Terkadang media informasi di kampus kurang menarik
perhatian mahasiswa tipe ini. Media informasi yang ada saat ini kebanyakan
hanya memberi informasi terbatas dan kurang memberi ruang aspirasi kepada
mahasiswa. Ada beberapa hal yang sekiranya bisa menarik perhatian mahasiswa
dalam mencerdaskan isu-isu di kampus, terutama untuk isu pertanian. Media
informasi yang ada hendaknya menyuguhkan berita tidak hanya dari satu sisi,
dari sisi baik atau dari sisi buruknya saja. Melainkan keseluruhan berita
tersebut harus dipublikasikan dan tidak ada penyaringan dalam memaparkan berita.
Agar mahasiswa yang membaca isu tersebut berpikir kritis dan mencari tahu kelanjutan
isu tersebut. Selain itu, pencerdasan isu juga bisa memanfaatkan berbagai
social media seperti facebook, twitter, dan blog. Pemanfaatan social media
dirasa sangat efektif jika dilakukan secara efisien, misalkan pada pukul sekian
semua social media serempak membahas suatu isu, dengann begitu perhatian
mahasiswa akan teralihkan untuk menyimak isu tersebut. Jika ingin memanfaatkan
kreativitas mahasiswa, pencerdasan isu bisa dilakukan dengan cara membuat
parade keliling kampus, dalam parade keliling bisa ditambahkan maskot dan
teatrikal yang berhubungan dengan isu yang akan dipaparkan. Biasanya, mahasiswa
lebih tertarik dengan isu yang masih berupa kontroversi dan menimbulkan rasa
penasaran atau pada isu-isu yang bersifat bersambung yang pada akhirnya mereka
mencari tahu isu tersebut secara mandiri. Jika memiliki waktu luang yang cukup
banyak untuk melakukan pencerdasan, bisa mendirikan stand di sepanjang koridor,
di stand itu bisa diputarkan video yang memvisualisasikan isu yang ingin
disebarkan, di stand tersebut juga bisa ditampilkan teatrikal dan maskot yang
sesuai dengan isu tersebut. Dan, jika ingin melakukan pencerdasan secara
besar-besaran, bisa mengadakan semacam malam pencerdasan, dimana pada malam
pencerdasan tersebut diundang para ahli yang kompeten dengan isu yang akan
dibahas sebagai pembahas isu, sebagai hiburan kembali bisa ditampilkan
teatrikal yang sesuai dengan isu tersebut. Dengan begitu, mahasiswa yang tidak
aktif dalam organisasi juga bisa merasakan adanya pencerdasan isu secara nyata
dan harapannya mereka bisa lebih peka terhadap isu-isu yang sedang berkembang
saat ini terutama isu pertanian Indonesia.
Jika masalah
apatisme ini terus menerus dibiarkan, dampaknya tidak hanya untuk kampus itu
sendiri, tapi Indonesia juga akan merasakan dampaknya. Sebab, semakin
menurunnya minat pemuda pada bidang pertanian dapat dianggap sebagai suatu
ancaman. Kedepannya hal ini akan berpengaruh pada kurangnya SDM yang handal
dalam bidang pertanian atau krisis SDM pada bidang pertanian. Krisis SDM bidang
pertanian tentu akan berdampak tidak berkembangnya pembangunan pertanian
nasional yang berdampak tidak berkembanganya pembangunan nasional secara umum.
(afiefah:berbagai
sumber)