Da'wah merupakan perjalanan panjang yang penuh dengan
duri dan rintangan. Kemenangan da'wah akan diperoleh apabila para
anggota-anggotanya komitmen dan teguh dalam menapaki jalan da'wah.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa akan
ada anggota da'wah yang berjatuhan, baik bentuknya penyelewengan, penyimpangan,
pengunduran diri dan sebagainya, sebelum meraih kemenangan. Fenomena ini tidak
bisa dihindari, sehingga ada sebagian orang memandang hal ini sebagai suatu fenomena
yang wajar / sehat guna memperbaharui sel-sel intinya, dan membebaskan da'wah
dari segala hal yang memberatkan dan menghambat pergerakan.
Fenomena jaman Rasulullah SAW
Pada zaman Rasulullah saw, sudah terjadi fenomena
pembelotan para anggota jama’ah untuk melepaskan tanggung jawab ataupun sekedar
bermalas-malasan dalam berda’wah. Beberapa peristiwa berjatuhan di jalan da'wah
yang sempat terjadi adalah:
- Kelompok mutakhollifin (orang-orang
yang tidak berangkat) pada perang Uhud, diantaranya: Ka’ab bin Malik,
Muroroh Ibnu ‘Ar-Rabi’ dan Hilal bin Umayyah. Namun mereka bertiga ini
kemudian diterima taubatnya oleh Allah swt, dan penerimaan taubat mereka
diabadikan di dalam Al Qur’an dalam surat al Bara-ah, dan
karena pertaubatan besar inilah surat ini juga
dinamakan surat at-Taubah.
- Pembocoran
rahasia negara oleh Hathib bin Abi Balta’ah. Namun mengingat kebaikan masa
lalunya, yaitu keikut sertaannya dalam perang Badar yang merupakan yaumul
furqan, Rasulullah saw mengampuni dan tidak menghukumnya.
- Haditsul Ifki (berita
kebohongan besar) terhadap Ummul Mukminin ‘Aisyah ra. Diantara
orang-orang yang terlibat dalam penyebaran berita ini, ada tiga sahabat
nabi, mereka telah mendapatkan hukuman had, yaitu
masing-masing di dera 80 kali, dan setelah itu merekapun bertaubat. Mereka
itu adalah: Hassan bin Tsabit, Hamnah binti Jahsy dan Misthah bin
Utsatsah.
- Pengkhianatan
Abu Lubabah yang membocorkan rahasia hukum yang akan diterapkan kepada
orang-orang Yahudi Bani Quraizhah. Dia telah menyatakan taubat kepada
Allah swt dan Rasul-Nya, dan Allah swt-pun telah menerima taubatnya.
- Peristiwa
berdirinya masjid dhirar.
Penyebabnya
a. Sebab-sebab
yang berhubungan dengan pergerakan
1. Lemahnya
segi pendidikan.
2. Tidak
menempatkan personal dalam posisi yang tepat.
3. Distribusi
penugasan yang tidak merata pada setiap individu.
4. Tidak
adanya monitoring personal secara baik.
5. Tidak
menyelesaikan berbagai urusan dengan cepat.
6. Konflik
intern. Konflik intern ini disebabkan oleh:
- Lemahnya
kepemimpinan.
- Adanya tangan
tersembunyi dan kekuatan luar yang sengaja menyebar fitnah.
- Perbedaan
watak dan kecenderungan individu.
- Persaingan
dalam memperebutkan kedudukan.
- Tidak adanya
komitmen dan penonjolan tingkah laku individu.
- Kevakuman
aktifitas dan produktifitas.
Dalam sejarah, konflik yang pernah terjadi antar ummat
Islam adalah pada peristiwa konflik golongan Aus dan Khazraj. Dalangnya
(provokatornya) adalah orang-orang Yahudi, yaitu Syammas bin Qais. Atas
prakarsa Rasulullah saw maka golongan Aus dan Khazraj bersatu kembali. Hal
tersebut terbukti dengan turunnya QS Ali Imran: 100 – 105.
7. Kepemimpinan
yang tidak ahli dan qualified. Sebabnya antara
lain:
- Kelemahan
dalam kemampuan idiologi.
- Kelemahan
dalam kemampuan organisatoris.
Oleh karena itu, seorang
pemimpin yang diangkat haruslah memiliki syarat:
- Mengenal
da'wah.
- Mengenal diri
sendiri.
- Pengayoman
yang kontinyu.
- Teladan yang
baik.
- Pandangan yang
tajam.
- Kemauan yang
kuat.
- Kharisma
kepribadian yang fitri.
- Optimisme.
b. Sebab-sebab
yang berhubungan dengan individu
Yaitu berjatuhannya anggota disebabkan oleh atau
bersumber pada pribadi anggota. Yang termasuk dalam hal ini adalah:
1. Watak yang tidak disiplin, sehingga menyebabkan dia
tidak bisa menyesuaikan diri dengan organisasi / jama’ah.
2. Takut terancamnya diri dan periuk nasinya (QS 4 :
120, QS 3 : 175). Tersebut dalam hadits:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ
بِالشَّهَوَاتِ (رواه أحمد ومسلم والت ).
“Syurga dipagari dengan hal-hal yang tidak
menyenangkan, dan neraka dikelilingi oleh segala hal yang menyenangkan”. (HR
Ahmad, Muslim dan At-Tirmidzi).
3. Sikap ekstrim dan berlebih-lebihan.Tersebut dalam
hadits: “Hendaklah kamu menjauhi sikap ekstrim dalam agama. Sesungguhnya orang
yang sebelum kamu binasa karena ekstrim dalam beragama”. (HR Ahmad dan
An-Nasai).
4. Sikap terlalu memudah-mudahkan dan
meremehkan. Tersebut dalam hadits: “Sesungguhnya kamu melakukan
pekerjaan-pekerjaan dosa menurut pandangan mata kamu lebih halus dari rambut.
Di masa Rasulullah saw, kami menggolongkan perbuatan itu termasuk al muubiqoot
(hal-hal yang menghancurkan)”. (HR Bukhari).
5. Tertipu kondisi gemar menampilkan diri (QS 28 :
83).
6. Kecemburuan terhadap orang lain / kedengkian. (QS 5
: 27 – 30).
7. Bencana senajata / penggunaan kekuatan.
Syarat-syarat penggunaan kekuatan:
- Habis segala
usaha dengan jalan lain.
- Urusannya
dipegang oleh pimpinan dan jama’ah Islam dan bukan oleh individu.
- Tidak menjurus
pada pengrusakan dan bencana.
- Tidak boleh
keluar dari ketentuan syara’.
- Penggunaan
kekuatan sesuai skala prioritas.
- Penggunaan
senjata harus mempunyai persiapan yang matang dan cermat.
- Hati-hati akan
pancingan berbagai reaksi.
- Tidak boleh
menjerumuskan ummat Islam bila posisi kekuatan tidak seimbang.
c. Tekanan
Luar
1. Tekanan
dari suatu cobaan (QS 3 : 175).
2. Tekanan
keluarga dan kerabat (QS 9 : 24).
3. Tekanan
Lingkungan.
4. Tekanan
gerakan agitasi (penyebaran kritik dan keragu-raguan).
5. Tekanan figuritas (QS 7 : 12).
hujan reda,kramat
18-jan-12 21:29
Afiefah Muthahharah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar