(Penurunan Minat Pemuda Terhadap Pertanian: Bagaimana Pencerdasan Isu Pertanian Strategis Kepada Mahasiswa dengan Cara yang Kreatif )

  • 1

Saat ini ketertarikan pemuda akan pertanian semakin menurun. Hal ini sangat riskan menimbulkan masalah tentang pangan di masa depan. Pertanian dalam arti luas menyumbangkan seluruh pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia. Menurunnya ketertarikan pemuda akan pertanian disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah penyebaran teknologi informasi dan komunikasi, modernisasi, pendidikan, dan demoralisasi pemuda.
            Pemuda merupakan generasi penerus bangsa. Pemuda mempunyai kekuatan tersendiri untuk membuat sebuah perubahan. Seperti yang disampaikan oleh presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, ‘berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncang dunia.’ Hal ini membuktikan bahwa pemuda mempunyai peran yang sangat besar untuk meneruskan kekuasaan yang sudah ada saat ini.
            Berbicara tentang pemuda, pemuda saat ini mengalami penurunan moralitas. Pemuda yang ada saat ini tidak dapat mengoptimalkan peran pemuda dalam pembangunan bersama masyarakat. Pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan di berbagai bidang seperti infrastuktur, moral, budaya, dan sebagainya. Terlebih lagi ketika kita melihat definisi desa yang sarat dengan pertanian, maka pemuda desa mempunyai potensi untuk mengembangkan dan membangun pertanian di desanya. Pertanian berkaitan erat dengan ketahanan dan kedaulatan pangan Negara. Negara akan lumpuh jika pertanian tidak dapat dijalankan dengan baik. Sayangnya, banyak masyarakat menganggap sector pertanian adalah sector kecil yang bernilai rendah. Hal ini berdampak pula kepada persepsi pemuda tentang pertanian dan kemauan mereka terjun ke bidang pertanian di daerahnya.
            Hal ini juga berdampak pada menurunnya minat calon mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Penurunan tersebut seiring dengan menurunnya minat siswa SMA untuk melanjutkan studi di Perguruan Tinggi secara keseluruhan di Indonesia.  Hal yang cukup memprihatinkan adalah penurunan peminat untuk bidang-bidang studi yang berkaitan dengan pertanian menurun dengan cukup signifikan, bahkan saat ini semakin banyak program studi yang ditawarkan di Perguruan Tinggi Negeri selain IPB yang memiliki jumlah pelamar jauh dibawah daya tampungnya. Kondisi tersebut bisa terjadi akibat generasi muda sekarang tidak lagi tertarik pada bidang pertanian, dan lebih memilih bidang pendidikan dan lapangan pekerjaan pada bidang lain.  Cara pandang generasi muda kita akan arti penting pertanian kemungkinan merupakan implikasi dari berbagai kekeliruan pandangan secara nasional akibat masih kurangnya gaung kebijakan pertanian pemerintah, minimnya ekspose dari media mengenai kemajuan bidang pertanian dan prospek bidang pertanian, serta kepercayaan diri dari masyarakat sendiri. 
            Penurunan minat pemuda terhadap pertanian juga terjadi di kampus IPB yang notabene seluruh mahasiswanya mempelajari ilmu-ilmu pertanian. Mengapa bisa begitu? Hal ini bisa disebabkan oleh meningkatnya  apatisme mahasiswa terhadap isu-isu pertanian. Di samping itu, sikap acuh tak acuh mahasiswa terhadap  isu yang berkembang, baik itu isu di dalam kampus maupun lingkungan luar yang lebih luas, merupakan sebuah krisis yang jika tidak dibasmi bakal menjadi budaya yang akan semakin menguat dari tahun ke tahun. Ini merupakan suatu permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi apatisme mahasiswa, salah satunya dengan mengikuti organisasi. Misalkan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi yang bergerak di bidang menulis, misalnya, bisa memeroleh banyak pengetahuan tentang cara menulis, baik itu misalnya opini bertema politik, puisi, cerpen atau novel. Kemampuan menulis yang dimiliki, akan memberi banyak manfaat bagi mahasiswa, baik saat masih di bangku kuliah maupun setelah lulus. Dengan keterampilan menulis, seorang mahasiswa bisa mengikuti lomba menulis. Kalau berhasil menjadi juara, tentu itu prestasi yang membanggakan. Atau dalam hal lain, tulisan-tulisan tersebut bisa diterbitkan di berbagai media massa. Punya kemampuan menulis juga dapat mempermudah mahasiswa dalam menulis jurnal dan skripsi.
            Kendati demikian, tidak semua mahasiswa aktif dalam berorganisasi. Lalu bagaimana dengan mahasiswa yang hanya “ku-pu-ku-pu (kuliah-pulang-kuliah-pulang)”? mahasiswa yang tidak memiliki inisiatif untuk mengikuti kegiatan dan aktif dalam pencarian isu-isu terkini? Terkadang media informasi di kampus kurang menarik perhatian mahasiswa tipe ini. Media informasi yang ada saat ini kebanyakan hanya memberi informasi terbatas dan kurang memberi ruang aspirasi kepada mahasiswa. Ada beberapa hal yang sekiranya bisa menarik perhatian mahasiswa dalam mencerdaskan isu-isu di kampus, terutama untuk isu pertanian. Media informasi yang ada hendaknya menyuguhkan berita tidak hanya dari satu sisi, dari sisi baik atau dari sisi buruknya saja. Melainkan keseluruhan berita tersebut harus dipublikasikan dan tidak ada penyaringan dalam memaparkan berita. Agar mahasiswa yang membaca isu tersebut berpikir kritis dan mencari tahu kelanjutan isu tersebut. Selain itu, pencerdasan isu juga bisa memanfaatkan berbagai social media seperti facebook, twitter, dan blog. Pemanfaatan social media dirasa sangat efektif jika dilakukan secara efisien, misalkan pada pukul sekian semua social media serempak membahas suatu isu, dengann begitu perhatian mahasiswa akan teralihkan untuk menyimak isu tersebut. Jika ingin memanfaatkan kreativitas mahasiswa, pencerdasan isu bisa dilakukan dengan cara membuat parade keliling kampus, dalam parade keliling bisa ditambahkan maskot dan teatrikal yang berhubungan dengan isu yang akan dipaparkan. Biasanya, mahasiswa lebih tertarik dengan isu yang masih berupa kontroversi dan menimbulkan rasa penasaran atau pada isu-isu yang bersifat bersambung yang pada akhirnya mereka mencari tahu isu tersebut secara mandiri. Jika memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk melakukan pencerdasan, bisa mendirikan stand di sepanjang koridor, di stand itu bisa diputarkan video yang memvisualisasikan isu yang ingin disebarkan, di stand tersebut juga bisa ditampilkan teatrikal dan maskot yang sesuai dengan isu tersebut. Dan, jika ingin melakukan pencerdasan secara besar-besaran, bisa mengadakan semacam malam pencerdasan, dimana pada malam pencerdasan tersebut diundang para ahli yang kompeten dengan isu yang akan dibahas sebagai pembahas isu, sebagai hiburan kembali bisa ditampilkan teatrikal yang sesuai dengan isu tersebut. Dengan begitu, mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi juga bisa merasakan adanya pencerdasan isu secara nyata dan harapannya mereka bisa lebih peka terhadap isu-isu yang sedang berkembang saat ini terutama isu pertanian Indonesia.
            Jika masalah apatisme ini terus menerus dibiarkan, dampaknya tidak hanya untuk kampus itu sendiri, tapi Indonesia juga akan merasakan dampaknya. Sebab, semakin menurunnya minat pemuda pada bidang pertanian dapat dianggap sebagai suatu ancaman. Kedepannya hal ini akan berpengaruh pada kurangnya SDM yang handal dalam bidang pertanian atau krisis SDM pada bidang pertanian. Krisis SDM bidang pertanian tentu akan berdampak tidak berkembangnya pembangunan pertanian nasional yang berdampak tidak berkembanganya pembangunan nasional secara umum.
(afiefah:berbagai sumber)

1 komentar: